Jamaah Kurang, Hidangan Nyaris Tidak Ada yang Memakan

Abduh Sempana
Dasan Tumbuh - Kabartumbuhmulia. Acara zikiran yang berlangsung di Musalla Darul Iman Wattaqwa dasan Tumbu (16/7) menjelang berbuka tadi agak kurang. Tidak seperti tahun lalu yang sangat ramai oleh para jamaah. Sehingga porsi hidangan (dulang) yang dikeluarkan oleh para ibu-ibu kali ini harus terpaksa dimakan oleh satu orang-satu orang. Padahal biasanya satu porsi (dulang) dihidangkan untuk dua orang. Anak-anak kecil, remaja, dan tua, kali ini rata-rata dapat satu porsi dulang. Kekurangan jamaah tersebut dikarenakan sebagian besar kaum laki-laki di RT.05 dasan Tumbu masih banyak yang berada di rantauan.

Terlihat barisan anak-anak mendominasi di teras musalla. Mereka sangat antusias untuk menyambut hari lebaran. Mereka duduk rapi dan bersila. Senyum keceriaan terlihat jelas di bibir mereka. Sementara para orang tua duduk di dalam di antara barisan dulang yang sudah menunggu untuk segera dibuka. Namun jumlah mereka tidak sebading dengan banyaknya dulang yang memenuhi ruangan musalla.

Zikiran untuk menyambut  lebaran adalah suatu kebiasaan yang dilakukan oleh masyarakat dasan Tumbu secara turun-temurun. Kaum laki-laki melakukan zikiran secara berjamaah setelah turun salat Id baik di  masjid maupun di musalla-musalla masing-masing RT. Namun ada yang sedikit berbeda di Musalla Darul Iman, yakni musalla yang terletak d RT 5. Acara zikiran di musalla itu di lakukan pada saat menjelang magrib pada hari terakhir Ramadan. Hal tersebut dilakukan dengan tujuan agar masyarakat bisa berbuka bersama di akhir ramadan. Kemudian juga supaya kaum ibu tidak terlalu sibuk saat turun salat Id. Karena pada saat itu biasanya warga sudah mulai bepergian untuk ziarah ke sanak famili.

Sedangkan Musalla-musalla yang lain seperti Musalla Al-Ikhlas , Musalla Baitussallah  dan juga termasuk di masjid masih rutin melakukan zikiran setelah salat Id. Dan itu memang selalu dilakukan sejak zaman nenek moyang. Sedangkan  kaum ibu berduyun-duyun membawa dulang merah yang berisi makanan berupa nasi dan lauk-pauk untuk hidangan para kaum laki-laki yang sedang berzikir (tahlilan). sehingga jalanan terlihat indah oleh barisan ibu-ibu yang membawa dulang merah itu. Bagaikan semut merah yang berbaris menuju ke satu lubang.

Comments