Pengertian Ma'rifat
Ma’rifat atau Ma’rifah berasal dari kata Arafa, Ya’rifu, Irfan yang artinya mengenal atau pengetahuan yang berasal dari pandangan batin tentang kebenaran yang hakiki sebagai buah dari rahmat dan kasihsayang Allah SWT kepada hamba-Nya yang menyucikan jiwa dengan akhlak mulia.
Allah SWT Berfirman :
“Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia kecuali untuk taat dan patuh beribadah kepadaku (QS..Adz-Dzariyat: 56)
Dari Asiyah RA bahwa Rasulullah SAW Bersabda yang artinya :
“Sesungguhnya tegaknya rumah tergantung pada pondasinya, sedangkan tegaknya agama tergantung ma’rifatnya kepada Allah SWT. Dengan keyakinan dan akal yang bisa menundukkan hawa nafsunya.” Asiyah RA bertanya, “Demi Engkau dengan tebusan Ibuku bagaimana akal bisa menundukkan hal itu ?“ Rasulullah SAW bersabda:” Mampu menahan diri dari perbuatan durhaka kepada Allah SWT dan selalu mendorong untuk taat kepadanya.” ( Al- Hadits ).
Allah SWT berfirman yang artinya :
“Wahai orang-orang yang beriman peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah manusia dan batu; penjaganya malaikat-malaikat yang kasar, dan kejam, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang Dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang diperintahkan.” [QS. At-Tahrim; 6].
Yang dimaksut dengan keluarga dalam ilmu syari’atnya ialah antaralain: Ibu bapak, anak, isteri, suami dan saudara-saudara kita yang ada hubungan nasab dan perkawinan dengan kita. Adapun yang dimaksud keluarga dalam ilmu batiniahnya adalah yang ada dalam diri kita masing-masing. Itulah yang sangat perlu kita rawat dan kita jaga jangan sampai kita biarkan melakukan kesalahan-kesalahan yang akibatnya akn membahayakan diri kita sendiri didunia maupun diahirat, sebab semuanya yang ada didalam dirikita ini akan dimintai pertanggung jawabannya nanti diakhirat. Sebagai mana kata penyair mengatakan;
Semua kita akan kembali
Kepada tuhan rabul izati
Nyapaikan amal bernapsi-napsi
Seluruh mahluk menjadi saksi
Allah SWT berfirman:
Kerjakanlah dengan sungguh-sungguh kebaikan itu untuk dirimu hanya kamulah yang akan mendapatinya di sisi Allah SWT. [Q,S. Al Muzammil 20].
Bagaimanapun juga mempelajari ilmu Ma’rifat itu adalah sangat penting dan oleh semua para Ulama’ batiniah, Ulama’ Tasauf, Ulama sufi menghukumkan Fardlu ‘Ain untuk setiap mukallaf mempelajari atau menuntutnya secara ‘Ijmali (Global) dan Fardlu Kifayah mempelajarinya secara Tafsili (terperinci).
Al-Imam Algozali mengatakan yang artinya :
“Barang siapa yang tidak dapat ilmu ini ? (Ilmu batiniah) saya khawatir atasnya menemukan mati Su’ul Khotimah.“ (Sirajut Tholibin).
Untuk sampai pada makom ma’rifat memang tidak mudah , namun bukan suatu yang mstahil bagi seorang hamba yang mau berusaha dan bersungguh-sungguh untuk sampai kesana.
Allah SWT Berfirman :
“Dan orang yang bersungguh-sungguh di jalan kami , akan kami berikan petunjuk semuanya jalan kami”. (QS .Al-Ankabut: 68).
Di ayat yang lain Allah SWT Berfirman :
“Sesungguhnya Allah SWT tidak akan merubah keadaan suatu kaum kecuali kaum itu sendiri merubah keadannya sendiri. “ (Q.S. Ar Ra’du:11).
Oleh karena itu Allah dan Rasulnya memerintahkan kita untuk menutut ilmunya. sebab segala amal ibadah tampa didasari dengan ilmu akan tertolak [sia-sia]. Orang yang baru bisa berma’rifat dengan Allah SWT. harus mengetahui ilmunya.
Guru kami Syaikh Makrif Muliyadi menyebutkan bahwa; jangan menyembah jabatan tetapi sembahlah yang menjabat didalamnya. Kurang lebih maksud beliau, jangan menyembah harta, jabatan, anak, isteri dan nama-Nya. Sebab Semuanya ini adalah jabatan di dunia, akan tetapi sembahlah yang menjabat didalamnya, yang memiliki semuanya yaitu [Al-Haq], dialah yang menciptakan harta, anak, isteri, dan yang mempunyai nama yaitu Allah yang Maha kuasa atas segala-galanya. Tidak mungkin namanya saja ada, sedangkan orangnya tidak ada. Seperti ibarat kita, kita tidak mungkin memanggil atau meminta kepada seorang, sedangkan orangnya yang kita panggil, yang kita mintai tidak ada ditempat atu didepan kita.
Suatu ketika Syaidina Ali bin Abu Tolib ditanya, "Wahai Amirul Mukminin, apakah Engkau menyembah sesuatu yang Engkau lihat ataukah yang tidak Engkau lihat?’’ Jawab beliau, "Tidak. Bahkan aku menyembah yang aku lihat. Namun bukan dengan penglihatan mata, Tapi dengan penglihatan Kalb".
Begitu pula ketika Ja’far Ash-shidiq ditanya, apakah dia melihat Allah SWT? Beliau menjawab. "Aku tidak menyembah Tuhan yang Aku tidak melihat-Nya." Bagai mana engkau melihat-Nya, padahal dia tidak dapat dilihat dengan mata?’’ Maka Beliau menjawab, "Engkau tidak melihat dengan mata kepala, tetapi engkau melihat-Nya dengan kalbu melalui hakikat iman [ haqqul yaqin].
Allah SWT berfirman:
Dan kami Allah amat dekat bahkan lebih dekat dari urat nadi mereka. [Q,S.Qof : 16]
Oleh karena itu, sekali lagi mari kita pelajari ilmunya dan amalkan ilmunya. Semoga Allah membimbing dan meridhoi perjuangan kita semua. amin.
Allah SAW berfirman:
“Bacalah kitabmu, cukuplah dirimu sendiri pada hari ini sebagai penghisab terhadap dirimu sendiri”.[QS. Al – Isra’ 14].
Rasulullah SWT bersabda:
Hendaknya engkau bersama Allah. Dan jika engkau tidak bersama Allah maka hendaknya engkau bersama orang-orang yang bersama Allah. Maka orang itulah yang akan menyapaikan engkau kepada Allah. [Al-hadis].
Penulis: Ust. Akhyar Rosyidi.