Fenomena Telapak Tangan yang Menempel di Dinding Adalah Isu Hoak, Berikut Ini Penjelasannya
Kabartumbuhmulia ID | Seiring dengan musibah gempa yang menimpa masyarakat Lombok berbagai kejadian pun berdatangan yang membuat masyarakat bertambah resah. Salah satunya adalah masalah maling. Rupanya si tangan panjang berusaha memanfaatkan situasi yang pelik tersebut untuk bereaksi cepat tanggap.
Tetapi ada satu hal yang tidak kalah hebohnya beredar luas di masyarakat. Yaitu masalah bekas telapak tangan yang menempel di dinding atau tembok rumah warga di Lombok.
Baca Juga: Mitos Makam Serek Bokos di Dasan Tumbu
Beberapa hari terakhir ini memang ramai diperbincangkan di media sosial tentang bekas telapak tangan tersebut. Kehebohan terjadi terutama di geruf facebook “Kumpulan Batur Lombok”. Geruf Facebook ini sangat aktif dengan jumlah anggota 869.871 orang.
Berbagai asumsi soal telapak tangan tersebut mewarnai komentar para netizen. Ada yang beranggapan miring, ada pula berusaha mengartikannya sebagai sesuatu yang positif saja.
Namun, terlepas dari semua itu, dan lebih jelasnya, mari kita telisik gambar telapak tangan di rumah saya di Desa Tumbuh Mulia Kecamatan Suralaga Kabupaten Lombok Timur.
Jujur, saya sendiri tidak terlalu terpengaruh dengan kehebohan jejak telapak tangan sebagai mana yang viral di media sosial tersebut. Sehingga tidak ada niat untuk memeriksa dinding rumah.
Akan tetapi, secara kebetulan adik ipar saya yang bernama Sri Mulyani datang ke rumah untuk mengantar kelapa (Maaf Adik Sri, terpaksa saya sebut namanya). Karena mungkin otaknya sedikit dipengaruhi oleh berita telapak tangan tersebut akhirnya matanya berkeliaran memeriksa berbagai sudut rumah. Dan pas sekali ada jejak telapak tangan yang dilihatnya menempel di dinding. Jejak telapak tangan tersebut terdapat di bagian depan rumah. Setelah diperiksa lagi ternyata di dalam juga cukup banyak.
Ada sekitar 8 buah jejak telapak tangan yang menempel di bagian dalam rumah saya. Namun yang paling jelas terlihat dan tanpa cacat cuma satu buah saja.
Pada malam harinya (Malam Jumat, 23/08/2018), orang-orang pun berdatangan untuk menyaksikan jejak telapak tangan itu. Hampir separuh dari jumlah penduduk kampung saya hadir. Lantas berbagai asumsi pun muncul dari mulut-mulut warga.
“Ah, ini pasti bekas orang ngeci, saat dindingnya lagi basah tentu bekas tangannya akan melekat,” kata salah satu warga yang bernama Usman yang kebetulan seorang tukang.
“Ini bekas minyak, saat pemilik rumah makan gorengan dia tempel tangannya di sini.” Kata Ucang salah satu pemuda di Desa Tumbuh Mulia.
“Saya yakin ini memang bukan tangan sembarangan. Ini bekas makhluk halus. Coba lihat jejaknya. Tak seperti bekas tangan pada umumnya.” Kata Amak Wasila. “Coba perhatikan baunya, tidak sama dengan bau dinding yang lain.” Tambahnya lagi.
Kemudian warga yang berkerumun pun beramai-ramai mencium dinding yang ada bekas telapak tangan tersebut. Saya pun senyum-senyum sendiri.
“Baunya memang berbeda, benaran,” kata warga lainnya.
Kemudian salah satu tokoh masyarakat menyempatkan diri untuk datang. Dan berkomentar soal telapak tangan tersebut.
“Wah, ini jangan dipercayai sebagai sesuatu yang aneh-aneh. Ini memang bekas orang memasang pelamir. Pokoknya jangan percaya dengan berita palsu itu. Dia berupaya menakuti-nakuti kita saat sedang dilanda musibah bencana.” Kata beliau.
“Tanda telapak tangan itu menyuruh kita untuk rajin salat lima waktu,” Tambah yang lainnya.
Dan berbagai komentar positif maupun negatif lainnya yang tidak mungkin saya kutip seluruhnya di sini. Namun apa pun komentar warga, yang jelas orang-orang terus berdatangan hingga pagi hari.
Saya sendiri pun enggan berkomentar soal telapak tangan tersebut. Karena sejak awal di dalam pikiran saya juga yakin kalau itu adalah bekas orang ngeci. Maka, sedikit pun tidak ada rasa takut di dalam hati.
Dan mungkin yang perlu saya klarifikasi adalah bahwa bekas telapak tangan tersebut memang baru kali ini kami lihat. Namun status keberadaannya saya yakini sudah ada sejak rumah ini baru berdiri.
Dan menurut saya pribadi, apa yang beredar di masyarakat selama ini, saya yakin kasusnya kurang lebih sama seperti yang terjadi di rumah saya ini.
Bagaimana tanggapan Anda?