Contoh Penelitian Tindakan Kelas (PTK) Mata Pelajaran Quran Hadis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada tahap awal, peneliti melakukan pengamatan kegiatan pembelajaran kelas VIII A MTs NW Boro’Tumbuh pada awal semester I tahun ajaran 2013/2014 tempat peneliti melaksanakan tugas. Dalam kegiatan ini, peneliti mencatat beberapa hal yang terjadi selama kegiatan pembelajaran, dalam rangka untuk identifikasi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan pembelajaran. Dari pengamatan, peneliti menjumpai hal-hal sebagai berikut: ketika diterangkan siswa sebagian besar paham tapi ketika dievaluasi dan penugasan siswa sering mengalami kendala dan hasil akhir yang tidak tepat. Dari hasil UH I yang dilaksanakan pada tanggal 27 juli 2013 terhadap 25 siswa diperoleh Rata-rata nilai 70 Ketuntasan klasikal 57,14%. UH II yang dilaksanakan pada tanggal 12 Agustus terhadap 25 siswa diperoleh Rata-rata 73 Ketuntasan Klasikal 57,53%. Kebanyakan kendala siswa adalah dalam pendalaman materi dan penerapan. Hasil ulangan Umum semester I tahun ajaran 2013/2014 dari 25 siswa meskipun KKM Qur’an Hadits 75 namun ketuntasan klasikal hanya mencapai 58,33% dan rata-rata nilai 72.Beberapa siswa tidak konsentrasi pada pelajaran dan ada beberapa siswa yang melakukan aktifitas lain ketika pelajaran Qur’an Hadits.
Dari hasil pengamatan dan wawancara tersebut, peneliti menganggap bahwa hasil pengamatan menemukan beberapa masalah yang bisa teridentifikasi oleh peneliti. Dari beberapa masalah tersebut, peneliti melakukan pembatasan masalah yang akan diteliti yaitu pada masalah prestasi belajar Qur’an Hadits yang belum maksimal. Peneliti bersama kolaborator melakukan analisis terhadap penyebab timbulnya masalah tersebut, yaitu sebagai berikut:
Beberapa penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu menunjukkan bahwa model pembelajaran STAD dapat meningkatakan hasil belajar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil observasi, wawancara, analisis penyebab timbulnya masalah, dan alternatif tindakan pemecahan masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimanakah perubahan prestasi hasil belajar Qur’an Hadits pada siswa kelas VII F MTs NW Boro’Tumbuh tahun ajaran 2013/2014 setelah mengikuti pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif Student Team Achievement Divisions ( STAD ).
C. Cara Pemecahan Masalah
Berdasarkan permasalahan diatas maka pemecahan masalah yang harus dilakukan adalah:
1. Tujuan Penelitian
Secara khusus, manfaat yang dapat diambil dari penelitian tindakan kelas ini antara lain :
Bagi siswa :
a. Membantu meningkatkan prestasi belajar siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
Qur’an Hadits di dalam kelas.
b. Membantu siswa dalam berlatih membangun kecerdasan sosial.
c. Membangun rasa percaya diri pada siswa.
d. Menumbuhkan rasa tanggung jawab sebagai makhluk individu maupun sosial.
e. Membangun karakter siswa sesuai dengan ajaran Al Qur’an dan Hadits.
Bagi guru:
Guru termotivasi untuk memperbaiki kualitas proses pembelajaran Qur’an Hadits dengan berbagai cara yang mungkin, misalnya: menggunakan berbagai model pembelajaran, menggunakan media pembelajaran, melengkapi alat peraga yang diperlukan, dan lain-lain. Sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi hasil belajar.
Bagi Sekolah :
Memberikan sumbangan bagi peningkatan mutu proses maupun mutu hasil pembelajaran di sekolah.Secara umum, manfaat penelitian ini adalah sebagai salah satu usaha guru untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran bersama siswa dalam mewujudkan tujuan pendidikan Qur’an Hadits dan tujuan pendidikan Nasional.
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Hakekat Belajar
Belajar pada hakekatnya adalah suatu aktivitas yang mengharapkan perubahan tingkah laku (behavioral change) pada diri individu yang belajar. Perubahan tingkah laku terjadi karena usaha individu yang bersangkutan. Hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain: bahan yang dipelajari, faktor-faktor instrumental, faktor-faktor lingkungan, dan kondisi genetik individu (faktor bawaan). Faktor-faktor tersebut diatur sedemikian rupa agar mempunyai pengaruh yang membantu tercapainya kompetensi secara optimal.
Proses belajar yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran merupakan proses komplek dan senantiasa berlangsung dalam berbagai situasi dan kondisi. Percival dan Ellington (1984) menggambarkan model sistem pendidikan dalam proses belajar, bahwa masukan (input) untuk sistem pendidikan atau sistem belajar terdiri dari orang, informasi, dan sumber lainnya. Sedangkan keluaran (output) berupa orang dengan penampilan yang lebih maju dalam berbagai aspek. Di antara masukan dan keluaran terdapat kotak hitam (black box) yang berupa proses belajar atau pendidikan.
Belajar selalu melibatkan tiga hal pokok yaitu : adanya perubahan tingkah laku, sifat perubahannya relatif tetap (permanent) dan perubahan tersebut disebabkan oleh interaksi dengan lingkungan, bukan oleh proses kedewasaan ataupun perubahan-perubahan kondisi fisik yang sifatnya temporer. Oleh karena itu pada prinsipnya belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi siswa dengan sumber-sumber belajar, baik sumber yang didesain maupun yang dimanfaatkan. Hasil belajar yang maksimal tidak hanya terjadi karena interaksi siswa dengan guru, tetapi dapat pula diperoleh lewat interaksi antar siswa dan antara siswa dengan sumber belajar lainnya.
Untuk memberikan gambaran landasan akademik terhadap pelaksanaan pembelajaran khususnya pada jenjang MTS, maka perlu dikemukakan sejumlah pandangan dari ahli pendidikan dan pembelajaran. Menurut John Dewey (2001), tugas sekolah adalah memberi pengalaman belajar yang tepat bagi siswa. Selanjutnya ditegaskan bahwa tugas guru membantu siswa menjalin pengalaman belajar yang satu dengan yang lain, termasuk yang baru dengan yang lama. Pengalaman belajar baru melalui pengalaman belajar lama akan melekat pada struktur kognitif siswa dan menjadi pengetahuan baru bagi siswa.
Menurut Vygostsky (2001) terdapat hubungan yang erat antara pengalaman sehari-hari dengan konsep keilmuan (scientific), tetapi ada perbedaan kuantitatif antara berpikir komplek dan berpikir konseptual. Berpikir komplek berdasarkan pada kategori objek berdasarkan pada situasi, dan berpikir konseptual berbasis pada pengertian yang lebih abstrak.Ia menegaskan bahwa pengembangan kemampuan analisis, membuat hipotesis, dan menguji pengalaman sehari-hari pada dasarnya terpisah dari pengalaman sehari-hari. Kemampuan ini tidak ditentukan oleh pengalaman sehari-hari saja, tetapi lebih tergantung pada tipe spesifik interaksi sosial.
Menurut Ausebel (1992) pengalaman belajar baru akan masuk ke dalam memori jangka panjang dan akan menjadi pengetahuan baru apabila memiliki makna. Pengalaman belajar adalah interaksi antara subjek belajar dengan bahan ajar, misalnya siswa mengerjakan tugas membaca, melakukan pemecahan masalah, mengamati suatu gejala, peristiwa, percobaan, dan sejenisnya. Agar pengalaman belajar yang baru menjadi pengetahuan baru, maka semua konsep dalam mata pelajaran diusahakan memiliki nilai terapan di lapangan.
Briggs menyatakan hasil belajar adalah seluruh kecakapan dan segala hal yang diperoleh melalui proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan angka dan diukur dengan menggunakan tes hasil belajar. Pendapat serupa dikemukakan oleh Sudjana bahwa hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan.
Hasil belajar Qur’an Hadits merupakan perubahan yang diperoleh siswa dengan belajar Qur’an Hadits yang meliputi perubahan pengetahuan, kecakapan, sikap, pemahaman dan penguasaan. Kualitas hasil belajar Qur’an Hadits siswa dapat diketahui dari kuantitas pemahamn materi dan hasil ujian siswa.Dari uraian di atas, maka hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki seseorang yang diperoleh dari proses belajar dan diukur dengan menggunakan tes hasil belajar.
B. Model Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievemant Divisions
Model pembelajaran kooperatif melalui suatu kuis, lebih banyak dipilih karena waktu relatif singkat dan cara melakukannya relatif mudah dibanding JIGSAW. Untuk kelas-kelas diindonesia, fase-fase STAD dikembangkan dari empat menjadi delapan,sebagai berikut:
Fase 1 : Penjelasan guru (teacher presentation).
Pada fase ini, guru menyampaikan tujuan pembelajaran, pokok materi dan penjelasan singkat tentang LKS yang dibagikan kelompok.
Fase 2 : Pembagian kelompok
Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok berdasarkan kriteria kemampuan (prestasi) siswa dari pre test atau ulangan harian sebelumnya, jenis kelamin,etnik dan ras. Tiap kelompok beranggotakan 2-4 orang (slavin,1998).Jumlah anggota kelompok dapat juga dikembangkan menjadi 5 orang.
Fase 3 : Kerja kelompok (Team Study)
Setelah menerima LKS dari guru ,siswa bekerja sama dalam kelompok masing-masing, diskusi, praktikum atau menjawab soal-soal pada LKS
Fase 4 : Bimbingan kelompok/kelas (Scafolding)
Guru membimbing kerja kelompok, mengamati psikomotorik dari sikap siswa secara individual dalam kerja kelompok.
Fase 5 : Kuis
Guru membagikan lembar soal kuis Jumlah soal kuis antara 10-20 soal. Aturan main kuis model STAD adalah sebagai berikut:
Guru melakukan validasi,penjelasan tentang soal dan kunci jawaban kuis. Tujuannya adalah memperkuat pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.
Fase 7 : Penskoran kelompok
Setelah diperoleh skor tiap anggota pada masing-masing kelompok kemudian diadakan rekapitulasi nilai dan ditentukan skor kelompok dengan menggunakan.
Fase 8 : Evaluasi
b. Pengertian Model Pembelajaran Student Teams Achievement Divisions
Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas, STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif.
Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri lima komponen utama, yaitu penyajian kelas, belajar kelompok, kuis, skor pengembangan dan penghargaan kelompok. Selain itu STAD juga terdiri dari siklus kegiatan pengajaran yang teratur.
Langkah-langkah:
Selanjutnya langkah-langkah yang dilakukan guru sebagai berikut :
Kuis dikerjakan siswa secara mandiri. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan apa saja yang telah diperoleh siswa selama belajar dalam kelompok. Hasil kuis digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan dalam nilai perkembangan kelompok.
d. Penghargaan Kelompok
Langkah pertama yang harus dilakukan pada kegiatan ini adalah menghitung nilai kelompok dan nilai perkembangan individu dan memberi sertifikat atau penghargaan kelompok yang lain. Pemberian penghargaan kelompok berdasarkan pada rata-rata nilai perkembangan individu dalam kelompoknya.
Metode STAD mempunyai beberapa kelebihan yaitu (1) melatih siswa untuk dapat bekerjasama saling membantu dalam satu tim yang terdiri atas siswa yang
berkemampuan lebih tinggi, dan siwa yang berkemampuan rendah, dalam
melaksanakan tugas kelompok, dengan harapan bahwa melalui interaksi ini mereka
mampu mengembangkan sikap (2) saling menghargai. (3) sikap kepemimpinan, (4)
saling ketergantungan, dalam rangka mencapai tujuan elompok.
Penelitian Yang Relevan
Banyak ahli berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif sangat efektif untuk meningkatkan motivasi belajar dan mempertinggi hasil belajar. Banyak faedah dari kerja kelompok diantaranya adalah mempertinggi hasil belajar baik secara kualitatif maupun kuantitatif (Nasution,1995:151). Pembelajaran juga memberikan efek terhadap sikap penerimaan perbedaan individu, baik ras, keragaman budaya, gender, sosial ekonomi dan lain-lain. Selain itu yang terpenting, pembelajaran kooperatif mengajarkan ketrampilan bekerja sama dalam kelompok atau team work. Keterampilan ini sangat dibutuhkan anak saat nanti lepas dimasyarakat (Suhadi, 2008).
Berbagai macam Penelitian Tindakan Kelas yang sudah dilakukan dan peneliti baca sebagai referensi, sampai saat ini peneliti belum menemukan Penelitian Tindakan Kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif STAD untuk meningkatkan prestasi hasil belajar Qur’an Hadits.
Dengan banyaknya penelitian tindakkan kelas dengan menggunakan model STAD yang menunjukkan peningkatan motivasi dan hasil belajar ,maka penulis menjadi tertarik untuk mengadakan penelitian tindakkan kelas dengan menggunakan model pembelajaran STAD untuk meningkatkan hasil belajar kelas VII F MTs NW Boro’Tumbuh tahun ajaran 2013/2014.
C. Kerangka Berpikir
Pada siklus I, peneliti menerapkan model pembelajaran STAD dengan kondisi ideal. Bersama kolaborator penulis mengamati dan mencatat kendala yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran. Dari hasil refleksi peneliti bersama kolaborator mengambil tindakkan untuk dirancang pada kegiatan pembelajaran siklus II. Dari tindakkan pada siklus II diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VII F tahun pelajaran 2013/2014.
Hipotesis Penelitian
Dari refleksi hasil kajian pustaka dan kerangka berpikir tersebut di atasdapat
dirumuskan hipotesis : ”Dengan menggunakan perpaduan model pembelajaran
kooperatif STAD dapat meningkatkan prestasi hasil belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran Qur’an Hadits pada siswa kelas VII A MTs NW Boro’Tumbuh semester II Tahun pelajaran 2013/2014 pada materi TAUHID RUBUBIYYAH DAN U LUHIYYAH”.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
Subjek Penelitian ini adalah siswa kelas VII A MTs NW Boro’Tumbuh tahun pelajaran 2013/2014. Alasan pemilihan kelas VII A adalah karena masih rendahnya hasil belajar Qur’an Hadits. Hal ini dibuktikan dengan hasil UH I rata-rata nilai 70 dan UH II rata-rata nilai 73. Jumlah siswa kelas VII A 25 siswa.
B. Lokasi Penelitian dan Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MTs NW Boro’Tumbuh, tepatnya di jalan Simpang Kulur Kec. Suralaga tempat penulis menjalankan tugas setiap hari. Pelaksanaan penelitian dimulai persiapan pada Agustus minggu ke-1. Penulis bersama kolaborator mempersiapkan instrumen dan perangkat pembelajaran. Penelitian diakhiri bulan Oktober minggu ke-2 untuk pembuatan laporan.Jadwal penelitian terlampir.
C. Data dan sumber data
1. Data.
Pada penelitian ini ada dua jenis data,:
1) Yaitu data kualitatif (hasil observasi setiap siklus pada lembar observasi), hasil wawancara langsung, hasil wawancara tertulis ( learning log )
2) Data kuantitatif berupa nilai hasil pengerjaan instrumen evaluasi akhir Siklus untuk ditemukan rerata keberhasilan klasikal.
2. Sumber Data.
Sumber data pada penelitian ini adalah siswa kelas VII A MTs NW Boro’Tumbuh, teman sejawat peneliti dan observer.
D. Instrumen Penelitian
a) Tabel pengamatan observer terhadap partisipasi siswa selama kegiatan pembelajaran .
b) Tabel tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran selama pembelajaran
c) Lembar wawancara tertulis (learning log).
d) Catatan lapangan
e) Jurnal Siswa.
f) Jurnal Guru.
g) Pedoman Wawancara
h) Pedoman Observasi Siswa
E. Teknik Analisa Data
Analisa data dilakukan setelah semua data terkumpul. Proses analisa data dimulai dengan menelaah data yang tersedia dari berbagai sumber, selanjutnya mereduksi data dan menyusunnya dalam satuan-satuan kemudian mengkategorikannya. Bersama kolaborator.
F. Tahap-tahap Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini direncanakan dilaksanakan 2 ( dua ) siklus. Setiap siklus terdiri atas empat kegiatan yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi . Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar diagram berikut ini:
a. Nama Lengkap dan Gelar : Achmad Zudin SAg
b. Golongan Pangkat dan NIP : Penata Muda / IIIa / 197307252007101003
c. Instansi : MTs NW Boro’Tumbuh
d. Waktu untuk penelitian : 2 jam/minggu
e. Tugas yang dilaksanakan :
1) Bersama-sama dengan 2 anggota peneliti mendesain dan membuat proposal.
2) Bersama-sama dengan 2 anggota peneliti merencanakan dan membuat skenario pembelajaran.
3) Bersama-sama dengan 2 anggota peneliti melaksanakan observasi dan eveluasi dalam pelaksanaan tindakan.
4) Bersama-sama dengan 2 anggota peneliti melaksanakan analisis data dan refleksi.
5) Bersama-sama dengan 2 anggota peneliti merancang laporan penelitian dan menyusun laporan.
2. Anggota Penelitian I:
a. Nama Lengkap dan Gelar : Khomsatun
b. Golongan Pangkat :
c. NIP :
d. Instansi : MTs NW Boro’Tumbuh
e. Waktu untuk penelitian : 2 jam/minggu
f. Tugas yang dilaksanakan :
1) Bersama-sama dengan 2 anggota peneliti mendesain dan membuat proposal.
2) Bersama-sama dengan 2 anggota peneliti merencanakan dan membuat skenario pembelajaran.
3) Bersama-sama dengan 2 anggota peneliti melaksanakan observasi dan eveluasi dalam pelaksanaan tindakan.
4) Bersama-sama dengan 2 anggota peneliti melaksanakan analisis data dan refleksi.
5) Bersama-sama dengan 2 anggota peneliti merancang laporan penelitian dan menyusun laporan.
3. Anggota Penelitian 2:
a. Nama Lengkap dan Gelar : Hj. Haryatun, BA
b. Golongan Pangkat dan NIP : Pembina IV/a /195108151979032002
c. Instansi : MTs NW Boro’Tumbuh
d. Waktu untuk penelitian : 2 jam/minggu
e. Tugas yang dilaksanakan :
1) Bersama-sama dengan ketua dan anggota lain peneliti mendesain dan membuat proposal.
2) Bersama-sama dengan ketua dan anggota lain peneliti merencanakan dan membuat skenario pembelajaran.
3) Bersama-sama dengan ketua dan anggota peneliti lain melaksanakan observasi dan eveluasi dalam pelaksanaan tindakan.
4) Bersama-sama dengan ketua dan anggota peneliti lain melaksanakan analisis data dan refleksi.
5) Bersama-sama dengan ketua dan anggota peneliti lain merancang laporan penelitian dan menyusun laporan.
H. Rencana Anggaran
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Setelah selesai dilaksanakan dua siklus, diperoleh data hasil penelitian yang menunjukkan bahwa Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Qur’an Hadits Siswa Kelas VII A MTs NW Boro’Tumbuh Melalui model pembelajaran kooperatif STAD, menunjukkan hasil yang positif. Hal ini ditunjukkan dengan adanya kenaikan persentase ketuntasan klasikal dan nilai rata-rata,meskipun siklus I indikator belum tercapai tetapi ada peningkatan dari Pra Siklus .Ketuntasan klasikal dari Siklus I sampai Siklus II yaitu siklus I : 48 %, siklus II : 87,5 %.Ketuntasan klasikal terlihat mengalami peningkatan dan siklus II terlihat indicator ketuntasan klasikal sudah tercapai. Perolehan nilai rata-rata evaluasi akhir pembelajaran setiap akhir Siklus yaitu siklus I : 64, siklus II : 79.Nilai rata-rata berdasarkan data tersebut juga mengalami peningkatan dan indicator sudah tercapai, sehingga dapat disimpulkan bahwa Melalui Model Pembalajaran STAD dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII A MTs NW Boro’Tumbuh pada Mata PelajaranQur’an Hadits Semester I Tahun pelajaran 2010 / 2011.
B. SARAN
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas.2004. Materi Pelatihan Terintregrasi : Qur’an Hadits.Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah.
http:creative-education.blogspot.com/2008/01/Metode Pembelajaran. html. 30 April 2008. 10. 00
Nasution,1995. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.
Roosilawati, Erwin. 2008. Macam-macam Tipe Model Cooperatif Learning. LPMP Jawa Tengah
.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Pada tahap awal, peneliti melakukan pengamatan kegiatan pembelajaran kelas VIII A MTs NW Boro’Tumbuh pada awal semester I tahun ajaran 2013/2014 tempat peneliti melaksanakan tugas. Dalam kegiatan ini, peneliti mencatat beberapa hal yang terjadi selama kegiatan pembelajaran, dalam rangka untuk identifikasi masalah-masalah yang timbul dalam kegiatan pembelajaran. Dari pengamatan, peneliti menjumpai hal-hal sebagai berikut: ketika diterangkan siswa sebagian besar paham tapi ketika dievaluasi dan penugasan siswa sering mengalami kendala dan hasil akhir yang tidak tepat. Dari hasil UH I yang dilaksanakan pada tanggal 27 juli 2013 terhadap 25 siswa diperoleh Rata-rata nilai 70 Ketuntasan klasikal 57,14%. UH II yang dilaksanakan pada tanggal 12 Agustus terhadap 25 siswa diperoleh Rata-rata 73 Ketuntasan Klasikal 57,53%. Kebanyakan kendala siswa adalah dalam pendalaman materi dan penerapan. Hasil ulangan Umum semester I tahun ajaran 2013/2014 dari 25 siswa meskipun KKM Qur’an Hadits 75 namun ketuntasan klasikal hanya mencapai 58,33% dan rata-rata nilai 72.Beberapa siswa tidak konsentrasi pada pelajaran dan ada beberapa siswa yang melakukan aktifitas lain ketika pelajaran Qur’an Hadits.
Dari hasil pengamatan dan wawancara tersebut, peneliti menganggap bahwa hasil pengamatan menemukan beberapa masalah yang bisa teridentifikasi oleh peneliti. Dari beberapa masalah tersebut, peneliti melakukan pembatasan masalah yang akan diteliti yaitu pada masalah prestasi belajar Qur’an Hadits yang belum maksimal. Peneliti bersama kolaborator melakukan analisis terhadap penyebab timbulnya masalah tersebut, yaitu sebagai berikut:
- Pada saat kegiatan pembelajaran, beberapa siswa tidak konsentrasi pada pelajaran, tetapi guru belum menemukan langkah untuk membuat siswa lebih berkonsentrasi pada pelajaran.
- Beberapa siswa sudah berusaha mengerjakan tapi masih mengalami kendala, dan belum ada solusi karena anak yang pandai hanya memikirkan pekerjaan masing-masing.
- Sebagian siswa merasa kurang yakin pada kemampuannya (kurang percaya diri) menyelesaikan tugas yang diberikan guru, sedang guru belum mengkondisikan kegiatan pembelajaran yang bisa menjadikan siswa lebih percaya diri akan kemampuannya.
- Mayoritas siswa berasal dari SD ( sekolah Dasar ) sehingga untuk materi pelajaran Qur’an Hadits adalah merupakan pelajaran baru bagi mereka.
Beberapa penelitian yang dilakukan oleh peneliti terdahulu menunjukkan bahwa model pembelajaran STAD dapat meningkatakan hasil belajar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan hasil observasi, wawancara, analisis penyebab timbulnya masalah, dan alternatif tindakan pemecahan masalah di atas, maka peneliti merumuskan masalah sebagai berikut: “Bagaimanakah perubahan prestasi hasil belajar Qur’an Hadits pada siswa kelas VII F MTs NW Boro’Tumbuh tahun ajaran 2013/2014 setelah mengikuti pembelajaran melalui model pembelajaran kooperatif Student Team Achievement Divisions ( STAD ).
C. Cara Pemecahan Masalah
Berdasarkan permasalahan diatas maka pemecahan masalah yang harus dilakukan adalah:
- Model pembelajaran yang digunakan model pembelajaran kooperatif sehingga ada unsur kerjasama, yang sudah paham bisa membimbing yang belum paham dalam kerja kelompok.
- Model Pembelajaran kooperatif yang digunakan adalah yang mengandung unsur persaingan dan penghargaan supaya setiap siswa terdorong untuk aktif dan bisa membangun rasa percaya diri.
- Adanya fase presentasi pada saat kerja kelompok oleh anggota kelompok secara acak.
1. Tujuan Penelitian
a. Secara khusus, penelitian ini bertujuan untuk mencari solusi terbaik terhadap fokus masalah yang dirumuskan, yakni upaya meningkatkan prestasi belajar Qur’an Hadits pada siswa kelas VII F MTs N Wonosobo tahun ajaran 2013/2014. Ketercapaian tujuan penelitian ini akan terlihat apabila diakhir penelitian diperoleh data Pencapaian nilai evaluasi pembelajaran pada akhir siklus PTK rata-ratanya 75 dan ketuntasan klasikal 85%.
b. Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk membangun rasa percaya diri pada siswa akan kemampuanya dan menumbuhkan rasa tanggung jawab dalam setiap mengikuti pelajaran,sehingga tidak selalu mangandalkan pekerjaan teman.2. Manfaat Penelitian
Secara khusus, manfaat yang dapat diambil dari penelitian tindakan kelas ini antara lain :
Bagi siswa :
a. Membantu meningkatkan prestasi belajar siswa dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran
Qur’an Hadits di dalam kelas.
b. Membantu siswa dalam berlatih membangun kecerdasan sosial.
c. Membangun rasa percaya diri pada siswa.
d. Menumbuhkan rasa tanggung jawab sebagai makhluk individu maupun sosial.
e. Membangun karakter siswa sesuai dengan ajaran Al Qur’an dan Hadits.
Bagi guru:
Guru termotivasi untuk memperbaiki kualitas proses pembelajaran Qur’an Hadits dengan berbagai cara yang mungkin, misalnya: menggunakan berbagai model pembelajaran, menggunakan media pembelajaran, melengkapi alat peraga yang diperlukan, dan lain-lain. Sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan prestasi hasil belajar.
Bagi Sekolah :
Memberikan sumbangan bagi peningkatan mutu proses maupun mutu hasil pembelajaran di sekolah.Secara umum, manfaat penelitian ini adalah sebagai salah satu usaha guru untuk meningkatkan kualitas proses pembelajaran bersama siswa dalam mewujudkan tujuan pendidikan Qur’an Hadits dan tujuan pendidikan Nasional.
BAB II
KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS
A. Hakekat Belajar
Belajar pada hakekatnya adalah suatu aktivitas yang mengharapkan perubahan tingkah laku (behavioral change) pada diri individu yang belajar. Perubahan tingkah laku terjadi karena usaha individu yang bersangkutan. Hasil belajar dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain: bahan yang dipelajari, faktor-faktor instrumental, faktor-faktor lingkungan, dan kondisi genetik individu (faktor bawaan). Faktor-faktor tersebut diatur sedemikian rupa agar mempunyai pengaruh yang membantu tercapainya kompetensi secara optimal.
Proses belajar yang dimaksudkan untuk mencapai tujuan pendidikan dan pembelajaran merupakan proses komplek dan senantiasa berlangsung dalam berbagai situasi dan kondisi. Percival dan Ellington (1984) menggambarkan model sistem pendidikan dalam proses belajar, bahwa masukan (input) untuk sistem pendidikan atau sistem belajar terdiri dari orang, informasi, dan sumber lainnya. Sedangkan keluaran (output) berupa orang dengan penampilan yang lebih maju dalam berbagai aspek. Di antara masukan dan keluaran terdapat kotak hitam (black box) yang berupa proses belajar atau pendidikan.
Belajar selalu melibatkan tiga hal pokok yaitu : adanya perubahan tingkah laku, sifat perubahannya relatif tetap (permanent) dan perubahan tersebut disebabkan oleh interaksi dengan lingkungan, bukan oleh proses kedewasaan ataupun perubahan-perubahan kondisi fisik yang sifatnya temporer. Oleh karena itu pada prinsipnya belajar adalah proses perubahan tingkah laku sebagai akibat dari interaksi siswa dengan sumber-sumber belajar, baik sumber yang didesain maupun yang dimanfaatkan. Hasil belajar yang maksimal tidak hanya terjadi karena interaksi siswa dengan guru, tetapi dapat pula diperoleh lewat interaksi antar siswa dan antara siswa dengan sumber belajar lainnya.
Untuk memberikan gambaran landasan akademik terhadap pelaksanaan pembelajaran khususnya pada jenjang MTS, maka perlu dikemukakan sejumlah pandangan dari ahli pendidikan dan pembelajaran. Menurut John Dewey (2001), tugas sekolah adalah memberi pengalaman belajar yang tepat bagi siswa. Selanjutnya ditegaskan bahwa tugas guru membantu siswa menjalin pengalaman belajar yang satu dengan yang lain, termasuk yang baru dengan yang lama. Pengalaman belajar baru melalui pengalaman belajar lama akan melekat pada struktur kognitif siswa dan menjadi pengetahuan baru bagi siswa.
Menurut Vygostsky (2001) terdapat hubungan yang erat antara pengalaman sehari-hari dengan konsep keilmuan (scientific), tetapi ada perbedaan kuantitatif antara berpikir komplek dan berpikir konseptual. Berpikir komplek berdasarkan pada kategori objek berdasarkan pada situasi, dan berpikir konseptual berbasis pada pengertian yang lebih abstrak.Ia menegaskan bahwa pengembangan kemampuan analisis, membuat hipotesis, dan menguji pengalaman sehari-hari pada dasarnya terpisah dari pengalaman sehari-hari. Kemampuan ini tidak ditentukan oleh pengalaman sehari-hari saja, tetapi lebih tergantung pada tipe spesifik interaksi sosial.
Menurut Ausebel (1992) pengalaman belajar baru akan masuk ke dalam memori jangka panjang dan akan menjadi pengetahuan baru apabila memiliki makna. Pengalaman belajar adalah interaksi antara subjek belajar dengan bahan ajar, misalnya siswa mengerjakan tugas membaca, melakukan pemecahan masalah, mengamati suatu gejala, peristiwa, percobaan, dan sejenisnya. Agar pengalaman belajar yang baru menjadi pengetahuan baru, maka semua konsep dalam mata pelajaran diusahakan memiliki nilai terapan di lapangan.
Briggs menyatakan hasil belajar adalah seluruh kecakapan dan segala hal yang diperoleh melalui proses belajar mengajar di sekolah yang dinyatakan dengan angka dan diukur dengan menggunakan tes hasil belajar. Pendapat serupa dikemukakan oleh Sudjana bahwa hasil belajar adalah suatu akibat dari proses belajar dengan menggunakan alat pengukuran yaitu berupa tes yang disusun secara terencana, baik tes tertulis, tes lisan maupun tes perbuatan.
Hasil belajar Qur’an Hadits merupakan perubahan yang diperoleh siswa dengan belajar Qur’an Hadits yang meliputi perubahan pengetahuan, kecakapan, sikap, pemahaman dan penguasaan. Kualitas hasil belajar Qur’an Hadits siswa dapat diketahui dari kuantitas pemahamn materi dan hasil ujian siswa.Dari uraian di atas, maka hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki seseorang yang diperoleh dari proses belajar dan diukur dengan menggunakan tes hasil belajar.
B. Model Pembelajaran Kooperatif
a. Pengertian Model Pembelajaran Kooperatif Student Teams Achievemant Divisions
Model pembelajaran kooperatif melalui suatu kuis, lebih banyak dipilih karena waktu relatif singkat dan cara melakukannya relatif mudah dibanding JIGSAW. Untuk kelas-kelas diindonesia, fase-fase STAD dikembangkan dari empat menjadi delapan,sebagai berikut:
Fase 1 : Penjelasan guru (teacher presentation).
Pada fase ini, guru menyampaikan tujuan pembelajaran, pokok materi dan penjelasan singkat tentang LKS yang dibagikan kelompok.
Fase 2 : Pembagian kelompok
Guru membagi kelas menjadi kelompok-kelompok berdasarkan kriteria kemampuan (prestasi) siswa dari pre test atau ulangan harian sebelumnya, jenis kelamin,etnik dan ras. Tiap kelompok beranggotakan 2-4 orang (slavin,1998).Jumlah anggota kelompok dapat juga dikembangkan menjadi 5 orang.
Fase 3 : Kerja kelompok (Team Study)
Setelah menerima LKS dari guru ,siswa bekerja sama dalam kelompok masing-masing, diskusi, praktikum atau menjawab soal-soal pada LKS
Fase 4 : Bimbingan kelompok/kelas (Scafolding)
Guru membimbing kerja kelompok, mengamati psikomotorik dari sikap siswa secara individual dalam kerja kelompok.
Fase 5 : Kuis
Guru membagikan lembar soal kuis Jumlah soal kuis antara 10-20 soal. Aturan main kuis model STAD adalah sebagai berikut:
- Setiap kelompok menentukan salah satu anggota sebagai reader (pembaca soal kuis ) pertama dan pembaca kunci jawaban. Pembaca soal ke dua,ke tiga dan seterusnya digilir berurutan sesuai dengan putaran arah jarum jam. Pembaca kunci jawaban adalah siswa yang posisi duduknya disebelah kanan leader.
- Kesempatan pertama menjawab soal kuis diberikan kepada reader,selanjutnya gilira menjawab bagi anggota kelompok yang lain searah putaran searah jarum jam.
- Jika semua anggota kelompok menjawab benar, siswa yang memperoleh point adalah siswa pertama yang menjawab benar. Kuis berlanjut sampai semua soal sudah dibacakan. Kemudian perolehan skor masing-masing anggota dihitung berdasarkan jumlah jawaban benar sekaligus untuk perhitungan skor kelompok.
Guru melakukan validasi,penjelasan tentang soal dan kunci jawaban kuis. Tujuannya adalah memperkuat pemahaman siswa terhadap materi pembelajaran.
Fase 7 : Penskoran kelompok
Setelah diperoleh skor tiap anggota pada masing-masing kelompok kemudian diadakan rekapitulasi nilai dan ditentukan skor kelompok dengan menggunakan.
Fase 8 : Evaluasi
Skor penghargaan kelompok tipe STAD
Skor
|
Predikat
|
>45
|
Super Team
|
40-44
|
Great Team
|
30-39
|
Good Team
|
Jumlah
Anggota
|
Perhitungan Skor Kelompok
|
2
|
60 40
20 40
|
3
|
60 50 40
40 50 40
20 20 40
|
4
|
60 50 60 50
40 50 40 50
20 20 30 50
30 30 30 20
|
5
|
60 50 60 60 60 50 60 60
40 50 40 50 60 50 50 50
50 50 40 50 50 50 40 50
40 40 40 50 40 50 50 50
40 40 40 30 40 50 40 30
40 40 40 40 40 30 50 40
30 30 30 30 30 30 40 30
40 40 40 40 30 30 30 30
20 20 20 30 20 20 30 30
40 40 20 30 30 30 30 30
|
b. Pengertian Model Pembelajaran Student Teams Achievement Divisions
Student Teams Achievement Division (STAD) merupakan salah satu metode atau pendekatan dalam pembelajaran kooperatif yang sederhana dan baik untuk guru yang baru mulai menggunakan pendekatan kooperatif dalam kelas, STAD juga merupakan suatu metode pembelajaran kooperatif yang efektif.
Seperti telah disebutkan sebelumnya bahwa pembelajaran kooperatif tipe STAD terdiri lima komponen utama, yaitu penyajian kelas, belajar kelompok, kuis, skor pengembangan dan penghargaan kelompok. Selain itu STAD juga terdiri dari siklus kegiatan pengajaran yang teratur.
Langkah-langkah:
Selanjutnya langkah-langkah yang dilakukan guru sebagai berikut :
- Mintalah anggota kelompok memindahkan meja / bangku mereka bersama-sama dan pindah kemeja kelompok.
- Berilah waktu lebih kurang 10 menit untuk memilih nama kelompok.
- Bagikan lembar kegiatan siswa.
- Serahkan pada siswa untuk bekerja sama dalam pasangan, bertiga atau satu kelompok utuh, tergantung pada tujuan yang sedang dipelajari. Jika mereka mengerjakan soal, masing-masing siswa harus mengerjakan soal sendiri dan kemudian dicocokkan dengan temannya. Jika salah satu tidak dapat mengerjakan suatu pertanyaan, teman satu kelompok bertanggung jawab menjelaskannya. Jika siswa mengerjakan dengan jawaban pendek, maka mereka lebih sering bertanya dan kemudian antara teman saling bergantian memegang lembar kegiatan dan berusaha menjawab pertanyaan itu.
- Tekankan pada siswa bahwa mereka belum selesai belajar sampai mereka yakin teman-teman satu kelompok dapat mencapai nilai sampai 100 pada kuis. Pastikan siswa mengerti bahwa lembar kegiatan tersebut untuk belajar tidak hanya untuk diisi dan diserahkan. Jadi penting bagi siswa mempunyai lembar kegiatan untuk mengecek diri mereka dan teman-teman sekelompok mereka pada saat mereka belajar. Ingatkan siswa jika mereka mempunyai pertanyaan, mereka seharusnya menanyakan teman sekelompoknya sebelum bertanya guru.
- Sementara siswa bekerja dalam kelompok, guru berkeliling dalam kelas. Guru sebaiknya memuji kelompok yang semua anggotanya bekerja dengan baik, yang anggotanya duduk dalam kelompoknya untuk mendengarkan bagaimana anggota yang lain bekerja dan sebagainya.
Kuis dikerjakan siswa secara mandiri. Hal ini bertujuan untuk menunjukkan apa saja yang telah diperoleh siswa selama belajar dalam kelompok. Hasil kuis digunakan sebagai nilai perkembangan individu dan disumbangkan dalam nilai perkembangan kelompok.
d. Penghargaan Kelompok
Langkah pertama yang harus dilakukan pada kegiatan ini adalah menghitung nilai kelompok dan nilai perkembangan individu dan memberi sertifikat atau penghargaan kelompok yang lain. Pemberian penghargaan kelompok berdasarkan pada rata-rata nilai perkembangan individu dalam kelompoknya.
Metode STAD mempunyai beberapa kelebihan yaitu (1) melatih siswa untuk dapat bekerjasama saling membantu dalam satu tim yang terdiri atas siswa yang
berkemampuan lebih tinggi, dan siwa yang berkemampuan rendah, dalam
melaksanakan tugas kelompok, dengan harapan bahwa melalui interaksi ini mereka
mampu mengembangkan sikap (2) saling menghargai. (3) sikap kepemimpinan, (4)
saling ketergantungan, dalam rangka mencapai tujuan elompok.
Penelitian Yang Relevan
Banyak ahli berpendapat bahwa model pembelajaran kooperatif sangat efektif untuk meningkatkan motivasi belajar dan mempertinggi hasil belajar. Banyak faedah dari kerja kelompok diantaranya adalah mempertinggi hasil belajar baik secara kualitatif maupun kuantitatif (Nasution,1995:151). Pembelajaran juga memberikan efek terhadap sikap penerimaan perbedaan individu, baik ras, keragaman budaya, gender, sosial ekonomi dan lain-lain. Selain itu yang terpenting, pembelajaran kooperatif mengajarkan ketrampilan bekerja sama dalam kelompok atau team work. Keterampilan ini sangat dibutuhkan anak saat nanti lepas dimasyarakat (Suhadi, 2008).
Berbagai macam Penelitian Tindakan Kelas yang sudah dilakukan dan peneliti baca sebagai referensi, sampai saat ini peneliti belum menemukan Penelitian Tindakan Kelas yang menggunakan model pembelajaran kooperatif STAD untuk meningkatkan prestasi hasil belajar Qur’an Hadits.
Dengan banyaknya penelitian tindakkan kelas dengan menggunakan model STAD yang menunjukkan peningkatan motivasi dan hasil belajar ,maka penulis menjadi tertarik untuk mengadakan penelitian tindakkan kelas dengan menggunakan model pembelajaran STAD untuk meningkatkan hasil belajar kelas VII F MTs NW Boro’Tumbuh tahun ajaran 2013/2014.
C. Kerangka Berpikir
Pada siklus I, peneliti menerapkan model pembelajaran STAD dengan kondisi ideal. Bersama kolaborator penulis mengamati dan mencatat kendala yang dihadapi dalam kegiatan pembelajaran. Dari hasil refleksi peneliti bersama kolaborator mengambil tindakkan untuk dirancang pada kegiatan pembelajaran siklus II. Dari tindakkan pada siklus II diharapkan dapat meningkatkan prestasi belajar siswa kelas VII F tahun pelajaran 2013/2014.
Hipotesis Penelitian
Dari refleksi hasil kajian pustaka dan kerangka berpikir tersebut di atasdapat
dirumuskan hipotesis : ”Dengan menggunakan perpaduan model pembelajaran
kooperatif STAD dapat meningkatkan prestasi hasil belajar siswa dalam kegiatan pembelajaran Qur’an Hadits pada siswa kelas VII A MTs NW Boro’Tumbuh semester II Tahun pelajaran 2013/2014 pada materi TAUHID RUBUBIYYAH DAN U LUHIYYAH”.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Subjek Penelitian
Subjek Penelitian ini adalah siswa kelas VII A MTs NW Boro’Tumbuh tahun pelajaran 2013/2014. Alasan pemilihan kelas VII A adalah karena masih rendahnya hasil belajar Qur’an Hadits. Hal ini dibuktikan dengan hasil UH I rata-rata nilai 70 dan UH II rata-rata nilai 73. Jumlah siswa kelas VII A 25 siswa.
B. Lokasi Penelitian dan Jadwal Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di MTs NW Boro’Tumbuh, tepatnya di jalan Simpang Kulur Kec. Suralaga tempat penulis menjalankan tugas setiap hari. Pelaksanaan penelitian dimulai persiapan pada Agustus minggu ke-1. Penulis bersama kolaborator mempersiapkan instrumen dan perangkat pembelajaran. Penelitian diakhiri bulan Oktober minggu ke-2 untuk pembuatan laporan.Jadwal penelitian terlampir.
C. Data dan sumber data
1. Data.
Pada penelitian ini ada dua jenis data,:
1) Yaitu data kualitatif (hasil observasi setiap siklus pada lembar observasi), hasil wawancara langsung, hasil wawancara tertulis ( learning log )
2) Data kuantitatif berupa nilai hasil pengerjaan instrumen evaluasi akhir Siklus untuk ditemukan rerata keberhasilan klasikal.
2. Sumber Data.
Sumber data pada penelitian ini adalah siswa kelas VII A MTs NW Boro’Tumbuh, teman sejawat peneliti dan observer.
D. Instrumen Penelitian
a) Tabel pengamatan observer terhadap partisipasi siswa selama kegiatan pembelajaran .
b) Tabel tanggapan siswa terhadap proses pembelajaran selama pembelajaran
c) Lembar wawancara tertulis (learning log).
d) Catatan lapangan
e) Jurnal Siswa.
f) Jurnal Guru.
g) Pedoman Wawancara
h) Pedoman Observasi Siswa
E. Teknik Analisa Data
Analisa data dilakukan setelah semua data terkumpul. Proses analisa data dimulai dengan menelaah data yang tersedia dari berbagai sumber, selanjutnya mereduksi data dan menyusunnya dalam satuan-satuan kemudian mengkategorikannya. Bersama kolaborator.
- Data kualitatif yang berasal dari observasi, jurnal, dan wawancara diklasifikasikan berdasarkan aspek-aspek yang dijadikan fokus analisis, untuk kemudian dikaitkan dengan data kuantitatif sebagai dasar untuk mendiskripsikan keberhasilan pelaksanaan pembelajaran yang ditandai dengan meningkatnya hasil belajara siswa.
- Data kuantitatif diolah dengan menggunakan diskriptif persentase. Nilai yang diperoleh siswa dirata-rata untuk ditemukan keberhasilan individu dan keberhasilan klasikal sesuai dengan target yang telah ditetapkan.
F. Tahap-tahap Penelitian
Penelitian Tindakan Kelas ini direncanakan dilaksanakan 2 ( dua ) siklus. Setiap siklus terdiri atas empat kegiatan yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi . Untuk lebih jelasnya perhatikan gambar diagram berikut ini:
TAHAP
|
BENTUK KEGIATAN
|
|
Pendahuluan
Siklus I
Siklus II
|
:
:
:
|
1.Observasi
proses kegiatan pembelajaran di kelas yang akan diteliti
2.Wawancara
dengan guru (teman sejawat) dan siswa
1. Merancang
model pembelajaran kooperatif Student
Teams Achievemen divisions
2. Melaksanakan
kegiatan pembelajaran sesuai RPP yang telah dirancang.
3. Kolaborator melaksanakan observasi selama pelaksanaan kegiatan
pembelajaran.
4. Mengevaluasi serta mengadakan refleksi terhadap pelaksanaan kegiatan pada
siklus I untuk perbaikan perencanaan dan pelaksanaan kegiatan pembelajaran
pada siklus II
5. Merancang model pembelajaran kooperatif Student
Teams Achievemen divisions
1. berdasarkan hasil refleksi pada siklus I sehingga dimungkinkan ada
beberapa perbaikan.
2. Melaksanakan kegiatan pembelajaran sesuai RPP yang telah dirancang.
3. Kolaborator melaksanakan observasi selama kegiatan pembelajaran
pada siklus II untuk mengamati ada perbaikan hasil refleksi siklus
I
|
G. Personalia Penelitian.
1. Ketua Peneliti:a. Nama Lengkap dan Gelar : Achmad Zudin SAg
b. Golongan Pangkat dan NIP : Penata Muda / IIIa / 197307252007101003
c. Instansi : MTs NW Boro’Tumbuh
d. Waktu untuk penelitian : 2 jam/minggu
e. Tugas yang dilaksanakan :
1) Bersama-sama dengan 2 anggota peneliti mendesain dan membuat proposal.
2) Bersama-sama dengan 2 anggota peneliti merencanakan dan membuat skenario pembelajaran.
3) Bersama-sama dengan 2 anggota peneliti melaksanakan observasi dan eveluasi dalam pelaksanaan tindakan.
4) Bersama-sama dengan 2 anggota peneliti melaksanakan analisis data dan refleksi.
5) Bersama-sama dengan 2 anggota peneliti merancang laporan penelitian dan menyusun laporan.
2. Anggota Penelitian I:
a. Nama Lengkap dan Gelar : Khomsatun
b. Golongan Pangkat :
c. NIP :
d. Instansi : MTs NW Boro’Tumbuh
e. Waktu untuk penelitian : 2 jam/minggu
f. Tugas yang dilaksanakan :
1) Bersama-sama dengan 2 anggota peneliti mendesain dan membuat proposal.
2) Bersama-sama dengan 2 anggota peneliti merencanakan dan membuat skenario pembelajaran.
3) Bersama-sama dengan 2 anggota peneliti melaksanakan observasi dan eveluasi dalam pelaksanaan tindakan.
4) Bersama-sama dengan 2 anggota peneliti melaksanakan analisis data dan refleksi.
5) Bersama-sama dengan 2 anggota peneliti merancang laporan penelitian dan menyusun laporan.
3. Anggota Penelitian 2:
a. Nama Lengkap dan Gelar : Hj. Haryatun, BA
b. Golongan Pangkat dan NIP : Pembina IV/a /195108151979032002
c. Instansi : MTs NW Boro’Tumbuh
d. Waktu untuk penelitian : 2 jam/minggu
e. Tugas yang dilaksanakan :
1) Bersama-sama dengan ketua dan anggota lain peneliti mendesain dan membuat proposal.
2) Bersama-sama dengan ketua dan anggota lain peneliti merencanakan dan membuat skenario pembelajaran.
3) Bersama-sama dengan ketua dan anggota peneliti lain melaksanakan observasi dan eveluasi dalam pelaksanaan tindakan.
4) Bersama-sama dengan ketua dan anggota peneliti lain melaksanakan analisis data dan refleksi.
5) Bersama-sama dengan ketua dan anggota peneliti lain merancang laporan penelitian dan menyusun laporan.
H. Rencana Anggaran
1. Honorarium
Jabatan
|
Jmlh
|
Minggu/bulan
|
Bulan kerja
|
Jam/
minggu
|
Tarif / jam /minggu
|
Total rupiah
|
Ketua
|
1
|
2
|
4
|
4
|
20.000,00
|
640.000,00
|
Anggota
|
2
|
2
|
4
|
2
|
15.000,00
|
480.000,00
|
Jumlah
|
1.120.000,00
|
2. Biaya Operasional Kegiatan Di Sekolah
No
|
Nama Bahan
|
Harga
(Rupiah)
|
A
|
Sewa Handy camp 4 bulan @Rp 100.000,00
|
400.000,00
|
B
|
Sewa Tustel 4 bulan @ Rp 50.000,00
|
200.000,00
|
C
|
Beli printer
|
700.000,00
|
D
|
Kertas Kwarto 10 rim @Rp 40.000,00
|
400.000,00
|
E
|
Flashdisk 4 Gb 1 buah
|
150.000,00
|
F
|
Kertas sheet 2 dos @ Rp 30.000,00
|
60.000,00
|
G
|
Kertas buram 5 rim @ Rp 20.000,00
|
100.000,00
|
H
|
Pita rambut 2 rol @ 7.000,00
|
14.000,00
|
I
|
Tinta Print hitam 2 set @ Rp 25.000,00
|
50.000,00
|
J
|
Tinta Print Warna 3 set @ Rp 25.000,00
|
75.000,00
|
K
|
Kertas Asturo 35 lembar @ Rp 2.000,00
|
70.000,00
|
L
|
Spidol permanen 5 buah @ Rp 6.000,00
|
30.000,00
|
M
|
Spidol boardmarker 5 buah @ Rp 6.000,00
|
30.000,00
|
N
|
Gunting 7 buah @ Rp 10.000,00
|
70.000,00
|
O
|
Lem 7 buah @ 3.000,00
|
21.000,00
|
P
|
Biaya laminating 10 lembar @ Rp 2.000,00
|
20.000,00
|
Q
|
Beli buku penunjang 4 buah
|
400.000,00
|
R
|
Konsumsi ambil data 10 dos X 20
X Rp 5.000,00
|
1.000.000,00
|
S
|
Konsumsi rapat 10 dos X 20 X Rp
5.000,00
|
1.000.000,00
|
T
|
Konsumsi perjalanan konsultasi
3 X 150.000
|
450.000,00
|
Jumlah
|
5.240.000,00
|
3. Perjalanan
No
|
Jenis Pekerjaan
|
Besarnya ( Rp )
|
a.
|
Transport konsultasi ke
semarang 3X,@Rp 300.000,00
|
900.000,00
|
b.
|
Transport seminar 3 orang
|
300.000,00
|
Jumlah
|
1.200.000,00
|
4. Lain-lain
No
|
Jenis Pekerjaan
|
Besarnya ( Rp
)
|
a.
|
Pembuatan laporan
|
500.000,00
|
b.
|
Penggandaan laporan 50 buah @
Rp 20.000,00
|
1.000.000,00
|
c.
|
Biaya cetak
|
100.000,00
|
d.
|
Seminar
|
100.000,00
|
Jumlah
|
1.700.000,00
|
5. Total biaya
No
|
Jenis Pekerjaan
|
Besarnya ( Rp
)
|
a.
|
Honorarium
|
1.120.000,00
|
b.
|
Biaya kegiatan operasional di
sekolah
|
5.240.000,00
|
c.
|
Perjalanan
|
1.200.000,00
|
d.
|
Lain-lain
|
1.700.000,00
|
Jumlah
|
9.340.000,00
|
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
A. KESIMPULAN
Setelah selesai dilaksanakan dua siklus, diperoleh data hasil penelitian yang menunjukkan bahwa Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Qur’an Hadits Siswa Kelas VII A MTs NW Boro’Tumbuh Melalui model pembelajaran kooperatif STAD, menunjukkan hasil yang positif. Hal ini ditunjukkan dengan adanya kenaikan persentase ketuntasan klasikal dan nilai rata-rata,meskipun siklus I indikator belum tercapai tetapi ada peningkatan dari Pra Siklus .Ketuntasan klasikal dari Siklus I sampai Siklus II yaitu siklus I : 48 %, siklus II : 87,5 %.Ketuntasan klasikal terlihat mengalami peningkatan dan siklus II terlihat indicator ketuntasan klasikal sudah tercapai. Perolehan nilai rata-rata evaluasi akhir pembelajaran setiap akhir Siklus yaitu siklus I : 64, siklus II : 79.Nilai rata-rata berdasarkan data tersebut juga mengalami peningkatan dan indicator sudah tercapai, sehingga dapat disimpulkan bahwa Melalui Model Pembalajaran STAD dapat Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas VII A MTs NW Boro’Tumbuh pada Mata PelajaranQur’an Hadits Semester I Tahun pelajaran 2010 / 2011.
B. SARAN
- Penggunaan Model Pembelajaran Kooperatif STAD seperti pada penelitian ini perlu terus dilaksanakan karena dapat membantu siswa dalam membangun kecerdasan social,membangun rasa percaya diri siswa dan dapat meningkan hasil belajar siswa.
- Model Pembelajaran Kooperatif STAD bisa dikembangkan dengan inovasi guru untuk memperbaiki pembelajaran di kelas.
DAFTAR PUSTAKA
Depdiknas.2004. Materi Pelatihan Terintregrasi : Qur’an Hadits.Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah.
http:creative-education.blogspot.com/2008/01/Metode Pembelajaran. html. 30 April 2008. 10. 00
Nasution,1995. Didaktik Asas-Asas Mengajar. Jakarta : Bumi Aksara.
Roosilawati, Erwin. 2008. Macam-macam Tipe Model Cooperatif Learning. LPMP Jawa Tengah
.