Antara Realita dan Mitos Gerhana Bulan
Sebelum lanjut aku mau
nanyak dulu nih. Masih ingat nggak kalian dengan pelajaran ketika SD dulu? Apa
yang bisa kalian petik dari pelajaran
IPA khusus materi gerhana bulan?
Kalau seingat aku sih.
Dulu ketika belajar tantang gerhana bulan, Pak Guruku melakukan praktek
gerhana langsung. Peralatan yang dipersiapkan antara lain globe (bola dunia),
cermin, dan lampu sentar. Adapun cara kerjanya beegini nih. Pertama-tama Pak Guru
memancarkan sinar lampu senter ke arah cermin. Lampu senter di sini diibaratkan
sebagai matahari sedangkan cermin sebagai bulan. Lalu cahaya lampu senter yang
ada pada acermin itu di pantulkan ke arah globe (dunia). Maka (globe) dunia itu
manjadi terang. Kata Pak guru beginilah terjadinya saat bulan menerangi bumi.
Bulan menerima cahaya dari matahari kemudian terpantul ke bumi. Wah, wah,
wah...Ternyata bulan itu nggak memiliki cahaya ya. Yang bercahaya cuma
mataharinya. Gue baru tau saat itu.
Berikutnya pak guru
membuat posisi yang agak berbeda. Yang tadinya antara matahati, bumi, dan bulan
tidak sejajar namun kini disejajarkan. Globe diletakkan paling tengah. Lalu pak
guru menyalakan lampu senternya kembali ke arah bulan. Namun kini cahanya tidak
sampai ke bulan langsung. Cahaya matahari tersebut dihalangi oleh bumi bagian
siang. Lalu apa yang terjadi? Bumi bagian malam tidak lagi bisa mendapatkan
cahaya bulan. Lalu masyarakat berkerumun. “Sekarang kan tanggal 15 saatnya
bulan purnama. Mengapa bulannya jadi hilang.” Kata Ucang khawatir. “Ini namanya
gerhana.” Sahut Ucing.
Wkwkwk...Si Ucang nggak
pernah sekolah kale ya?!
Seiring waktu bulan pun berevolusi.
Sedikit demi sedikit ia bisa mendapatkan sinar dari matahari. Lalu sinarnya itu
dikirimkan langsung ke bumi walaupun dalam keadaan tidak utuh. Sang rembulan
kasihan kepada Ucang. Karena dilihatnya Ucang begitu risau. “Sabar ya Ucang,
sebentar lagi aku akan utuh kembali.” Kata bulan.
Lalu bulan pun terus
membesar sesuai penerimaan cahaya dari matahari. Mulai dari bentuk sabit hingga
separuh linggkaran. Kemudian terus menyempurnakan diri hingga benar-benar
manjadi bulat sempurna. Kata pak guru, beginilah gerhana bulan terjadi. Gerhana
total cuma limat menit. Wah, wah, begitu to. Barus tau lagi gue. ilmu gue
bertambah lagi satu. Bisa diterima oleh akal sehat juga....mmmmm....
Dari kisah tersebut kita
bisa menarik kesimpulan bahwa terjadinya gerhana bulan yaitu apabila cahaya
mtahari yang menuju bulan terhalang oleh bumi. Sehingga bulan yang seharusnya
memantulkan cahaya matahari ke bumi terhalang oleh bumi itu sendiri. Ini
berlaku pada bumi yang mengalami malam. Dan biasnya gerhana bulan terjadi pada
saat malam bulan pernama sekitar tanggal
14, 15, menurut penanggalan kalender Islam.
Itu tadi berdasarkan
fakta lmiah. Namun di pihak lain terjadi beragam keyakinan yang menyebar
di masyakat luas. Contohnya di sebagian
masyarakat di pulau Lombok yang masih meyakini mitos-mitos saat terjadi
gerhana, baik gerhana bulan maupun gerhana matahari.
Saat terjadi gerhana
rembulan masyarakat Lombok biasayan menyiapkan peralatan berupa baskom.
Kemudian baskom tersebut diisi dengan air. Lalu berama-ramai orang melihat
pantulan cahaya rembulan dari baskom tersebut. Dikatakannya bahwa rebulan dan
matahari sedang berperang. Dari baskom yang berisi air tersebut mereka bisa
melihat bagaimana terjadinya konflik antara bulan dan matahari. Kemudian untuk
membantu bulan bisa menang mereka beramai-ramai memukul-mukul benda, kul-kul
atau yang sejenisnya. Karena menurut keyakinan mereka bahwa jika matahari yang
menang maka dunia akan menjadi kiamat. Wkwkwkwww....
Proses yang demikian itu
berlangsung selama terjadinya gerhana. Mulai dari tahap umbra, penumbara,
hingga gerhana bulan total. Jika rembulan sudah tertutup dan menjadi gelap maka
telah dinyatakan bahwa rembulan telah
memenangi peperangan. Kemudian masyrakat
pun menjadi lega.
Kemudian bagi masyarakat
yang memilki ayam yang sedang bertelur, mereka mengambil telaur ayam mereka dan
mengoyang-goyangkannya di atas tampi beras. Mereka meyakini jika tidak
dilakukan hal seperti itu maka telur-telur itu tidak jadi menetas.
Lain lagi dengan
masyarakat di bagian Pringgabaya, Lombok Timur. Saat terjadi gerhana bulan para
wanita yang sedang hamil tua akan melakukan kegiatan memanjat tangga. Di atas
tangga tersebut mereka akan mandi. Dengan begitu mereka akan terhindar dari
kegururan.
05/4/2015