Antara Realita dan Mitos Gerhana Bulan

Abduh Sempana
Sebelum lanjut aku mau nanyak dulu nih. Masih ingat nggak kalian dengan pelajaran ketika SD dulu? Apa yang bisa kalian  petik dari pelajaran IPA khusus materi gerhana bulan?

Kalau seingat aku sih. Dulu ketika belajar tantang gerhana bulan, Pak Guruku melakukan praktek gerhana langsung. Peralatan yang dipersiapkan antara lain globe (bola dunia), cermin, dan lampu sentar. Adapun cara kerjanya beegini nih. Pertama-tama Pak Guru memancarkan sinar lampu senter ke arah cermin. Lampu senter di sini diibaratkan sebagai matahari sedangkan cermin sebagai bulan. Lalu cahaya lampu senter yang ada pada acermin itu di pantulkan ke arah globe (dunia). Maka (globe) dunia itu manjadi terang. Kata Pak guru beginilah terjadinya saat bulan menerangi bumi. Bulan menerima cahaya dari matahari kemudian terpantul ke bumi. Wah, wah, wah...Ternyata bulan itu nggak memiliki cahaya ya. Yang bercahaya cuma mataharinya. Gue baru tau saat itu.
 
 
Berikutnya pak guru membuat posisi yang agak berbeda. Yang tadinya antara matahati, bumi, dan bulan tidak sejajar namun kini disejajarkan. Globe diletakkan paling tengah. Lalu pak guru menyalakan lampu senternya kembali ke arah bulan. Namun kini cahanya tidak sampai ke bulan langsung. Cahaya matahari tersebut dihalangi oleh bumi bagian siang. Lalu apa yang terjadi? Bumi bagian malam tidak lagi bisa mendapatkan cahaya bulan. Lalu masyarakat berkerumun. “Sekarang kan tanggal 15 saatnya bulan purnama. Mengapa bulannya jadi hilang.” Kata Ucang khawatir. “Ini namanya gerhana.” Sahut Ucing.

Wkwkwk...Si Ucang nggak pernah sekolah kale ya?!

Seiring waktu bulan pun berevolusi. Sedikit demi sedikit ia bisa mendapatkan sinar dari matahari. Lalu sinarnya itu dikirimkan langsung ke bumi walaupun dalam keadaan tidak utuh. Sang rembulan kasihan kepada Ucang. Karena dilihatnya Ucang begitu risau. “Sabar ya Ucang, sebentar lagi aku akan utuh kembali.” Kata bulan.

Lalu bulan pun terus membesar sesuai penerimaan cahaya dari matahari. Mulai dari bentuk sabit hingga separuh linggkaran. Kemudian terus menyempurnakan diri hingga benar-benar manjadi bulat sempurna. Kata pak guru, beginilah gerhana bulan terjadi. Gerhana total cuma limat menit. Wah, wah, begitu to. Barus tau lagi gue. ilmu gue bertambah lagi satu. Bisa diterima oleh akal sehat juga....mmmmm....

Dari kisah tersebut kita bisa menarik kesimpulan bahwa terjadinya gerhana bulan yaitu apabila cahaya mtahari yang menuju bulan terhalang oleh bumi. Sehingga bulan yang seharusnya memantulkan cahaya matahari ke bumi terhalang oleh bumi itu sendiri. Ini berlaku pada bumi yang mengalami malam. Dan biasnya gerhana bulan terjadi pada saat malam bulan  pernama sekitar tanggal 14, 15, menurut penanggalan kalender Islam.

Itu tadi berdasarkan fakta lmiah. Namun di pihak lain terjadi beragam keyakinan yang menyebar di  masyakat luas. Contohnya di sebagian masyarakat di pulau Lombok yang masih meyakini mitos-mitos saat terjadi gerhana, baik gerhana bulan maupun gerhana matahari.

Saat terjadi gerhana rembulan masyarakat Lombok biasayan menyiapkan peralatan berupa baskom. Kemudian baskom tersebut diisi dengan air. Lalu berama-ramai orang melihat pantulan cahaya rembulan dari baskom tersebut. Dikatakannya bahwa rebulan dan matahari sedang berperang. Dari baskom yang berisi air tersebut mereka bisa melihat bagaimana terjadinya konflik antara bulan dan matahari. Kemudian untuk membantu bulan bisa menang mereka beramai-ramai memukul-mukul benda, kul-kul atau yang sejenisnya. Karena menurut keyakinan mereka bahwa jika matahari yang menang maka dunia akan menjadi kiamat. Wkwkwkwww....

Proses yang demikian itu berlangsung selama terjadinya gerhana. Mulai dari tahap umbra, penumbara, hingga gerhana bulan total. Jika rembulan sudah tertutup dan menjadi gelap maka telah dinyatakan bahwa  rembulan telah memenangi peperangan.  Kemudian masyrakat pun menjadi lega.

Kemudian bagi masyarakat yang memilki ayam yang sedang bertelur, mereka mengambil telaur ayam mereka dan mengoyang-goyangkannya di atas tampi beras. Mereka meyakini jika tidak dilakukan hal seperti itu maka telur-telur itu tidak jadi menetas.

Lain lagi dengan masyarakat di bagian Pringgabaya, Lombok Timur. Saat terjadi gerhana bulan para wanita yang sedang hamil tua akan melakukan kegiatan memanjat tangga. Di atas tangga tersebut mereka akan mandi. Dengan begitu mereka akan terhindar dari kegururan.

05/4/2015
Comments